Mengawali pagi dengan mengingat sebuah pertemuan singkat yang menyadarkan saya tentang apa itu NIAT,
Niat, kata sederhana yang sering kita ucapkan.Amal ibadah seorang muslim pun dinilai dari niatnya.
عَنْ عُمَرَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهم عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ إِنَّمَا الْأَعْمَالُ بِالنِّيَّةِ وَلِكُلِّ امْرِئٍ مَا نَوَى فَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ إِلَى اللَّهِ وَرَسُولِهِ فَهِجْرَتُهُ إِلَى اللَّهِ وَرَسُولِهِ وَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ لدُنْيَا يُصِيبُهَا أَوِ امْرَأَةٍ يَتَزَوَّجُهَا فَهِجْرَتُهُ إِلَى مَا هَاجَرَ إِلَيْهِ
Dari Umar radhiyallahu ‘anhu, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Amal itu tergantung niatnya, dan seseorang hanya mendapatkan sesuai niatnya. Barang siapa yang hijrahnya kepada Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya kepada Allah dan Rasul-Nya, dan barang siapa yang hijrahnya karena dunia atau karena wanita yang hendak dinikahinya, maka hijrahnya itu sesuai ke mana ia hijrah.” (HR. Bukhari, Muslim, dan empat imam Ahli Hadits)
Begitu penting "niat" dalam hidup seseorang, sayangnya tak banyak yang memaknainya secara mendalam. Bersyukur Allah mempertemukan saya dengan seseorang yang kemudian mencerahkan saya perihal "niat".
Sore itu dalam perjalanan pulang ke kampung halaman, di travel saya duduk bersebelahan dengan seorang wanita paruh baya. Saya tak ingat namanya. Mungkin karena sedang terkantuk-kantuk ketika beliau menyapa.
Awalnya beliau bermaksud meminjam novel yang ada di pangkuan saya, sebab ternyata kami mengagumi penulis novel yang sama. Singkat cerita akhirnya kami terlibat obrolan seru, sampai pada bagian yang paling saya suka, saat beliau berbagi pengalaman hidup.
Ternyata beliau seorang enterpreneur. Beliau kemudian menceritakan usaha yang saat ini sedang dijalani, dan saya tidak menduga bagaimana beliau memulai usaha itu dengan cara tak lazim.
Diceritakannya suami yang mengalami kerugian besar karena imbas penipuan, hingga terpuruk, bahkan mengajukan pensiun dini dari tempatnya bekerja. Saya sebetulnya penasaran, kok malah resign, tapi saya pikir tidak sopan menanyakan alasannya.
Saya terus mendengarkan beliau bercerita. Beberapa waktu suaminya hanya menganggur, si ibu terus mendampingi, hingga suatu hari mereka singgah di sebuah warung mie ayam, memesan, lalu tergugah saat membayar. Beliau mengisahkan suami beliau terkejut saat membayar dua mangkuk mie hanya enam ribu rupiah.
Mungkin kalau saya yang bayar, saya hanya bergumam murahnya, lalu pulang begitu saja. Namun tidak dengan suami beliau yang justru penasaran dibuatnya. Beliau mengatakan sang suami tergugah, bahwa di jaman sekarang masih ada orang yang jualan murah dan kenyataannya dia bisa bertahan hidup. Artinya dia pun bisa mencoba dan nyakin bisa memenuhi kebutuhan keluarga lagi. Semangat sang suami untuk berkarya kembali. Lahirlah NIAT dalam dirinya untuk memulai usaha. Menurut Anda apa yang dilakukannya?
Cerita selanjutnya yang membuat saya tertohok hatinya. Sang suami lalu mendatangi si penjual mie tadi, dengan serius mohon untuk diajari. Dan WOW si penjual tidak keberatan, dia hanya berpesan bahwa dia mulai buat mie pagi hari badha shalat subuh. Saya pikir si suami akan belajar masak saja itu pun di waktu santai jam 8 atau 9. Namun beliau menunjukkan apa itu NIAT, maka sejak diijinkan belajar, bersama istrinya selama seminggu berturut beliau menjadi asisten si penjual mie ayam dan mulai datang ke rumah penjual itu sebelum shalat subuh, rutin. Mereka belajar membuat mie, menyiapkan bumbu, sampai melayani pembeli. Seminggu berikutnya sang suami masih melanjutkan belajar dengan pola yg sama.
Sebegitunya si suami mengenggam keinginan hatinya memulai usaha sampai-sampai rela belajar dari pagi buta. Hikmah dibalik "sebegitunya" inilah yang kemudian mencerahkan saya perihal niat. Niat itu memang lahirnya dari batin, bukan hanya yang diucapkan manis, tapi yang ditanam kokoh dalam diri. Apa bedanya? Akan tampak ketika niat tersebut diuji, keteguhan mereka yang sungguh-sungguh dengan yang abal-abal.
Akhir cerita manis pun saya dengar dari si Ibu berwajah teduh itu, bahwa tidak lama berselang, si suami hijrah ke kota lain lalu membuka kedai Mie ayam yang cukup kenamaan di lokasinya saat ini.
Akhir cerita manis pun saya dengar dari si Ibu berwajah teduh itu, bahwa tidak lama berselang, si suami hijrah ke kota lain lalu membuka kedai Mie ayam yang cukup kenamaan di lokasinya saat ini.
Bagaimana dengan Anda, seperti apa niat Anda?
Yuk kita renungi, semoga Allah ridho kita menjadi lebih baik dalam memaknai niat.
Yuk kita renungi, semoga Allah ridho kita menjadi lebih baik dalam memaknai niat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar